Kontroversi Pramugari Garuda Tak Akan Bermasker Usai Penumpang Tak Bisa Lihat Senyum
Dunia4d2 Prediksi HK - Maskapai plat merah Garuda Indonesia sedang banyak dibicarakan oleh warganet di media sosial. Tren ini dipicu oleh kabar para kru kabin tak lagi akan mengenakan masker wajah karena sejumlah penumpang mengeluh tidak dapat melihat jika mereka tengah dilayani dengan senyuman atau tidak.
"Semuanya pakai APD, ketutupan semua, ya enggak bener juga dong. Jadi buat banyak penumpang Garuda banyak mengeluh kenapa pramugarinya pakai masker, jadi enggak bisa lihat dia tersenyum atau mencibir,"kata Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra. Pernyataan Irfan selengkapnya DI SINI
Kebijakan yang diumumkan oleh Presiden Direktur Irfan Setiaputra pada Selasa (16/6) itu disambut sentimen negatif di media sosial Banyak yang keberatan dengan aturan baru itu lantaran dapat membahayakan kesehatan para kru kabin dan para penumpang dalam pesawat.
Sejak Garuda melanjutkan penerbangan domestik pada awal Mei kemarin, awak kabin diharuskan mengenakan sarung tangan dan masker sebagai langkah pencegahan terhadap virus korona. Jumlah penumpang juga telah dikurangi dengan batas maksimal hanya 63% dari total kapasitas.
Namun karena adanya keluhan itu, pihak maskapai tengah mempertimbangkan untuk mengganti penggunaan masker dengan plastik pelindung wajah. "Jadi interaksi humanis di dalam pesawat tetap terjadi tapi minimal. Dan kemudian semua orang merasa aman tapi juga nyaman," kata Irfan.
Meski demikian warganet menilai masker akan lebih efektif dalam mencegah virus Covid-19, terutama di ruangan kecil tertutup seperti di pesawat yang jarak antar penumpang tidak banyak.
Plastik pelindung wajah telah dipakai banyak pihak, termasuk tenaga kesehatan, sebagai pengganti masker wajah. Selain lebih nyaman dipakainya, produk itu juga dapat dipakai berulang kali dengan hanya perlu dibersihkan dengan sabun dan air atau disinfektan biasa.
Tentunya, plastik pelindung wajah juga membuat komunikasi lebih lancar karena suara tidak terganggu, namun bagaimana tingkat efektivitas pencegahannya terhadap virus?
Fakultas kedokteran University of Iowa telah melakukan riset mengenai hal ini yang menunjukkan tingkat efektivitas pencegahan plastik pelindung wajah bergantung pada jarak seseorang dari titik sumber bersin atau batuk.
Dalam simulasi, plastik pelindung wajah dapat menangkal hingga 96% partikel jika penggunanya berjarak enam meter dari sumber batuk. Namun, ketika berada hanya dua meter dari orang yang batuk, tingkat filtrasi berkurang menjadi 92%.
Sejumlah dokter pun menyimpulkan bahwa plastik pelindung wajah mungkin dapat lebih efektif mencegah Covid-19 ketimbang masker kain yang tingkat filtrasinya dibawah 90%, namun studi lebih lanjut perlu dilakukan untuk memastikannya.
Kru kabin di maskapai penerbangan lain seperti Air Asia, Qatar Airways, dan IndiGo telah terbang di masa new normal dengan mengenakan jubah APD lengkap. Kebijakan dirasa perlu lantaran pesawat seringkali menjadi titik penyebaran virus Covid-19.
Namun, perlu diakui bahwa maskapai penerbangan lain telah mendapatkan keluhan dari penumpang yang menyebut "masuk kabin pesawat serasa masuk UGD". Walhasil, Lufthansa, Etihad Airways, dan Singapore Airlines memutuskan untuk hanya mewajibkan kru kabin menggunakan masker wajah dan menempatkan hand sanitizer di berbagai sudut pesawat. Artikel selengkapnya dapat dibaca DI SINI.
Masker alternatif dengan "jendela" di bagian mulut
Jika masalahnya adalah soal senyum pramugari dan komunikasi lebih lancar, maka sebenarnya ada pilihan lain. Ada masker dengan bagian plastik transparan di bagian mulut yang awalnya dirancang untuk membantu penyandang disabilitas tuli bisa berkomunikasi dengan baik karena mereka perlu membaca gerak bibir lawan bercakapnya.
Masker ini awalnya digagas seorang mahasiswa di Kentucky, Amerika Serikat. Namun saat ini sudah ada buatan dalam negeri salah satunya yang dibuat oleh seorang tulis di Yogyakarta.