COVID-19 membawa dampak positif bagi beberapa pasangan di New York, Amerika Serikat. Seorang pengacara mengatakan ada tujuh kliennya yang membatalkan perceraian setelah melalui lockdown bersama.
"Ada perubahan prioritas," kata Dror Bikel, seorang pengacara perceraian kepada New York Post.
Pengacara perceraian lainnya, Maggie Kaminer mengatakan sebelum COVID-19, dalam dua dekade dia memiliki dua pasangan yang menarik perceraian. Sekarang dalam beberapa minggu terakhir, "Saya telah mendengar dari beberapa klien bahwa mereka ingin pengacara mundur dan mereka ingin mencoba menyelesaikan masalahnya sendiri serta tidak mengajukan tuntutan hukum."
Contohnya, pasangan berusia 20-an yang sudah menikah dua tahun. Hubungan mereka retak pada 20 Maret lalu berencana bercerai tapi gara-gara lockdown mereka memutuskan memperbaiki jalinan asmara.
“Mereka akan bercerai, belum memiliki anak. Tapi karena lockdown mereka menghabiskan lebih banyak waktu bersama. Mereka ingin berdamai,” kata Bikel.
Kasus Lain
Dalam kasus lain, pasangan asal Upper East Side, hampir bercerai karena sang suami bekerja sangat keras di bidang keuangan dan tidak sering bertemu dengan istrinya. Mereka tidak menghabiskan waktu bersama.
Namun, di tengah rencanan perceraian, sang istri dinyatakan positif COVID-19 pada awal Maret. Suami yang dulunya jauh harus mengabdikan diri untuk merawatnya.
Banyak waktu diluangkan bersama dengan saling merawat. Akhirnya sang suami menelepon pengacara untuk pembatalan perceraian.
COVID-19 juga membantu pasangan asal Manhattan menjadi lebih dekat dalam masa krisis. Mereka mengajukan gugatan cerai pada Agustus 2019 setelah lima tahun menikah. Namun, sang suami positif COVID-19 pada pertengahan Maret dan membuat mereka berjuang untuk memulihkan kesehatan.
Sang istri memberi saran kepada pasangan yang hendak bercerai. “Evaluasi ulang, ambil napas dalam-dalam. Kadang Anda perlu perlu waktu, itulah yang terjadi dalam kasus kami," ujarnya.